TERIMA KASIH ANDA TELAH MENGUNJUNGI BLOG INI

Minggu, 12 Juni 2011

TAPAKAN DI PUNCAK GUNUNG SLAMET


"Gunung Slamet" gambar diambil dari pos pendakian Bambangan


      Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung kedua tertinggi dipulau Jawa, pada tahun 2008 dan ini merupakan bagian dari cerita saya saat pertama kali menginjakan kaki di Pulau Jawa setelah mendaki gunung Gede beberapa hari sebelumnya saya dan 2 orang teman dari IMAPA Unmul Kaltim dan rekan saya sama dari Mapatala Untad Palu. berangkat dari stasiun kereta Jatinegara sekitar pukul 17.00 wib dengan menumpang kereta Senja Baru jurusan Jakarta - Surabaya kami sampai di Purwokerto sekitar pukul 10 malam dan dijemput oleh beberapa orang anggota dari Jagrawecya Unsoed Porwokerto kemudian diantar ke sekret mereka disana telah menunggu teman satu organisasi yang datang lebih awal setelah mengikuti kegiatan TWKM yang diselenggarakan oleh Pataga Univ. 17 Agustus Surabaya. tujuan kedatangan kami bertiga ke Purwokerto guna mewakili MAPATALA Univ. Tadulako untuk Lomba Lintas Wisata Alam Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Resimen Mahasiswa (Menwa Unsoed.) Setelah kegiatan tersebut selesai  kami diminta untuk tinggal beberapa hari lagi di Purwokerto oleh teman-teman Jagrawecya mengingat beberapa hari kedepan Jagrawecya akan mengadakan sebuah kegiatan pendakian bersama dan diadakan di Gunung Slamet setelah memikirkan dengan beberapa pertimbangan kami bertiga memutuskan bahwa Daeng (teman yg sama datang dari Jakarta) harus kembali ke Palu dengan segera sedangkan saya dan Dedi (teman yg datang lebih awal di Purwokerto) tinggal dan ikut dalam pendakian Slamet sedangkan teman dari Imapa Unmul (Dobleh) masih bersama kami dan akan mendaki Slamet sama-sama.
Panorama Gunung Slamet
         15 November 2011sekitar pukul 04.00 wib hujan langit kota Purwokerto diselimuti awan tebal sebuah pertanda akan turun hujan. Namun hal ini tidak menyurutkan niat teman-teman untuk mendaki Slamet. dengan menumpang pada mobil bak terbuka milik Pemda Bayumas kami menuju titik star pendakian yang terletak di sebuah daeran yang namanya Bambangan Kabupaten Purbalingga.

Kami sampai di Purbalingga sekitar pukul 18.00 wib dengan kondisi basah kuyup karena sepanjang perjalanan dari Purwokerto kami diguyur hujan ditambah dengan mobil yang kami tumpangi adalah mobil bak terbuka.
Berdasarkan schedule panitia kami akan memulai pendakian esok pagi dan malam ini kami istirahat disebuah rumah warga yang biasanya disinggahi dan tempat menginap para pendaki.
Esok harinya langit Bambangan Kab. Purbalingga santat cerah dan yang paling berkesan pagi itu saat pertama kali saya melihat gunung Slamet laksanan raksasa yang berdiri menjulang tinggi menembus cakrawala langit biru sungguh kaya sempurna dari Yang Maha Agung tak dapat kulukiskan dengan kata-kata perasaan saya saat itu dan tak sabar rasanya saya ingin mendaki gunung tertinggi di Jawa Tengah itu.
Aktifitas masyarakat di lereng Gunung Slamet
Pendakian star sekitar pukul 08 lewat panorama dilereng gunung slamet sangat indah dengan aktifitas masyarakat yang sedang mengolah kebun mereka lama kelamaan rasa capek pun mulai datang namun rasa penasaran untuk menggapai puncak slamet menjadi penyemangat buat saya sehingga  terus melangkahkan kaki menapaki langkah demi selangkah punggungan gunung slamet. vegetasi gunung Slamet tidak jauh berbeda dengan gunung-gunung yang sudah sering didaki di Sulawesi hanya saja jalur pendakian di Slamet lebih jelas karena mungkin sudah menjadi gunung wisata sehingga setiap saat didaki oleh berbagai kalangan. hal yang tidak mengenakan saat ini mendaki Slamet yakni sampah plastik yang berserakan  disetiap pos, pemandangan ini sangat asing bagi saya karena hal ini tidak pernah saya dapati saaat mendaki gunung di Sulawesi. 
Masyarakat bercocok tanam dlereng gunung Slamet
Pondok Samarantu
Setelah seharian menyusuri stapak dan track gunung slamet akhirnya kami sampai di Base Camp dan disini kami akan beristirahat menunggu pukul 03.00 dini hari pendakian ke puncak Slamet, dengan pertimbangan keselamatan kami haru menunggun besok dini hari pukul 03.00 untuk melanjutkan ke puncak mengingat puncak harus dicapai paling lambat jam 09.00 pagi karena biasanya setelah siang hari puncak akan tertutup kabut yang mengalangi jarak pandang dan yang paling berbahaya jika terjadi badai pasir di Pelawangan. Sekitar pukul 18.00 wita kami segera mendirikan tenda sebelum gelap, malam pun datang seiring hujan turun  sehingga membuat kami tidak bisa beristirahat dengan tenang karena makin lama hujan makin deras dan tenda kami kemasukan air namun akhirnya kami bisa melewati malam hingga pukul 03.00. wib.

Panita membangunkan kami namun rasa cepek dan ngantuk yang belum hilang membuat kami seakan amat malas untuk keluar dari tenda, namun karena niat misi mendaki Slamet harus selesai hari ini maka dengan berat hati saya memaksan diri keluar dari tenda dan bergabung dengan teman-teman yang sudah siap diluar. kami pun melanjutkan pendakian dengan maksud sebelum jam 12.00 siang kami telah mencapai puncak tertinggi gunung Slamet, 
Vegetasi sebelum Pelawangan
dengan berbekal penerangan seadanya kami menyusuri tanjakan diantara ilalang yang menandakan jaki kami telah berada jauh diketingian, sembari kami menapaki jalur pendakian ufuk timur mulai menampakan warna kemerahan sebagai pertanda penyambutan untuk sang surya menunaikan tugas rutinya. setelah bersusah payah kami sampai di Pelawangan sebuah hampatan pasir membentang luas akibat letusan dari kawah Slamet, Jalur pendakian di Pelawangan sangat rumit tidak jarang kami kembali terperosot kebawah jika tidak pandai memilih pijakan kaki hal ini tentunya sangat menguras tenaga. 
"Pelawangan" berupa hamparan pasir

Setelah bersusah payah melewati Pelawangan akhirnya puncak tertinggi di Jawa Tengah pun kami gapai dengan disambut kabut tebal di puncak sehingga kami tidak bisa melihat jelas kawah Slamet yang menyemburkan bau blerang yang menusuk hidung. Namun hal itu tdak berlangsung lama perlahan kabut tebal mulai hilang sehingga lambat laun beberapa kawan mulai tampak kejauhan sunggung fenomena alam yang luar biasa pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup, enggan rasanya lekas meninggalkan tanah tertinggi di Jawa Tengah ini namun apa boleh buat kami harus segera turun untuk menghindari badai pasir yang biasanya tiba-tiba datang.
Puncak Gunung Slamet
 Setelah merasa cukup mendokumentasikan keberhasilan ini akhirnya kami turun dengan perasaan puas setidaknya saya baru saja menorehkan sejarah untuk diri saya sendiri telah berhasil menginjakan kaki di tanah tertinggi di Jawa Tengah. Dengan janji dalam hati "Insyaallah suatu saat saya akan kembali menapakan kami di Puncak Gunung Slamet". 


1 komentar: